Thursday, December 23, 2010

PESAN NATAL KWI DAN PGI 2010


“Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia”

(bdk. Yoh. 1:9)

Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.

1. Pada saat ini kita semua sedang berada di dalam suasana merayakan kedatangan Dia, yang mengatakan: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8:12). Dalam merenungkan peristiwa ini, rasul Yohanes dengan tepat mengungkapkan: “Terang yang sesungguhnya itu sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Lih. Yoh.1:9-11). Suasana yang sama juga meliputi perayaan Natal kita yang terjalin dan dikemas untuk merenungkan harapan itu dengan tema:“Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia”.

2. Saudara-saudari terkasih,

Kita bersyukur boleh hidup dalam suatu negara yang secara konsti-tusional menjamin kebebasan beragama. Namun akhir-akhir ini gejala-gejala kekerasan atas nama agama semakin tampak dan mengancam kerukunan hidup beragama dalam masyarakat. Hal ini mencemaskan pihak-pihak yang mengalami perlakuan yang tidak wajar dalam masyarakat kita. Kita semakin merasa risau akan perkembangan “peradaban” yang mengarus-utamakan jumlah penganut agama; “peradaban” yang memenangkan mereka yang bersuara keras berhadapan dengan mereka yang tidak memiliki kesempatan bersuara; “peradaban” yang memenangkan mereka yang hidup mapan atas mereka yang terpinggirkan. Peradaban yang sedemikian itu pada gilirannya akan menimbulkan perselisihan, kebencian dan balas-dendam: suatu peradaban yang membuahkan budaya kematian daripada budaya cinta yang menghidupkan.

Keadaan yang juga mencemaskan kita adalah kehadiran para penanggungjawab publik yang tidak sepenuhnya memperjuang-kan kepentingan rakyat kebanyakan. Para penanggungjawab publik memperlihatkan kinerja dan moralitas yang cenderung merugikan kesejahteraan bersama. Sorotan media massa terhadap kinerja penanggungjawab publik yang kurang peka terhadap kepentingan masyarakat, khususnya yang terungkap dengan praktik korupsi dan mafia hukum hampir di segala segi kehidupan berbangsa, sungguh-sungguh memilukan dan sangat memprihatinkan, karena itu adalah kejahatan sosial.

Sementara itu, keadaan masyarakat yang semakin jauh dari sejahtera, termasuk sulitnya lapangan kerja, semakin memperparah kemiskinan di daerah pedesaan dan perkotaan. Keadaan ini diperberat lagi oleh musibah dan bencana yang sering terjadi, baik karena faktor murni alami maupun karena dampak campur-tangan kesalahan manusiawi, terutama dalam penanganan dan penanggulangannya. Sisi-sisi gelap dalam peradaban masyarakat kita dewasa ini membuat kita semakin membutuhkan Terang yang sesungguhnya itu.

Terang yang sesungguhnya, yaitu Yesus Kristus yang menjelma menjadi manusia, sudah datang ke dalam dunia. Walaupun banyak orang menolak Terang itu, namun Terang yang sesung-guhnya ini membawa pengharapan sejati bagi umat manusia. Di tengah kegelapan, Terang itu menumbuhkan pengharapan bagi mereka yang menjadi korban ketidak-adilan. Bahkan di tengah bencana pun muncul kepedulian yang justru melampaui batas-batas suku, agama, status sosial dan kelompok apa pun. Terang itu membawa Roh yang memerdekakan kita dari pelbagai kegelapan, sebagaimana dikatakan oleh Penginjil Lukas: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampai-kan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18-19).

Natal adalah tindakan nyata Allah untuk mempersatukan kembali di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu yang telah diciptakan-Nya (Lih. Ef. 1:10). Semua yang dilihat-Nya baik adanya itu (Lih. Kej. 1:10), yang telah dirusakkan dan diceraiberaikan oleh kejahatan manusia, menemukan dirinya di dalam Terang itu. Oleh karena itu, dengan menyambut dan merayakan Natal sebaik-baiknya, kita menerima kembali, ─ dan demikian juga menyatukan diri kita dengan ─ karya penyelamatan Allah yang baik bagi semua orang.

Di dalam merayakan Natal sekarang ini, kita semua kembali diingatkan, bahwa Terang sejati itu sedang datang dan sungguh-sungguh ada di dalam kehidupan kita. Terang itu, Yesus Kristus, berkarya dan membuka wawasan baru bagi kesejahteraan umat manusia serta keutuhan ciptaan. Inilah semangat yang selayaknya menjiwai kita sendiri serta suasana di mana kita sekarang sedang menjalani pergumulan hidup ini.

3. Saudara-saudari terkasih,

Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama.

* Bersama Rasul Paulus, kami mengajak seluruh umat kristiani di tanah air tercinta ini: “Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan” (Rm. 12:21), karena dengan membalas kejahatan dengan kejahatan, kita sendirilah yang dikalahkannya.

* Selanjutnya kita wajib ikut-serta mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur, bahkan melalui usaha-usaha kecil tetapi konkret seperti menjalin hubungan baik dengan sesama warga masyarakat demi kesejahteraan bersama. Kita turut menjaga dan memelihara serta melestarikan lingkungan alam ciptaan, antara lain dengan menanam pohon dan mengelola pertanian selaras alam, dengan tidak membuang sampah secara sembarangan; mempergunakan air dan listrik seperlunya, mempergunakan alat-alat rumahtangga yang ramah lingkungan.

* Dalam situasi bencana seperti sekarang ini kita melibatkan diri secara proaktif dalam pelbagai gerakan solidaritas dan kepedulian sosial bagi para korban, baik yang diprakarsai gereja, masyarakat maupun pemerintah.

* Marilah kita memantapkan penghayatan keberimanan kristiani kita, terutama secara batiniah, sambil menghindarkan praktik-praktik ibadat keagamaan kita secara lahiriah, semu dan dangkal. Hidup beragama yang sejati bukan hanya praktik-praktik lahiriah yang ditetapkan oleh lembaga keagamaan, melainkan berpangkal pada hubungan yang erat dan mesra dengan Allah secara pribadi.

Akhirnya, marilah kita menyambut dan merayakan kedatangan-Nya dalam kesederhanaan dan kesahajaan penyembah-penyembah-Nya yang pertama, yakni para gembala di padang Efrata, tanpa jatuh ke dalam perayaan gegap-gempita yang lahiriah saja. Marilah kita percaya kepada Terang itu yang sudah bermukim di antara kita, supaya kita menjadi anak-anak Terang (Yoh.12:36). Dengan demikian perayaan Natal menjadi kesempatan mulia bagi kita untuk membangkitkan dan menggerakkan peradaban kasih sebagai tanda penerimaan akan Terang itu dalam lingkungan kita masing-masing. Dengan pemikiran serta ungkapan hati itu, kami mengucapkan:

SELAMAT NATAL 2010 DAN TAHUN BARU 2011

Jakarta, 12 November 2010

Atas Nama

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI),

Pdt. Dr. A.A. Yewangoe

Ketua Umum

Pdt. Gomar Gultom, M.Th.

Sekretaris Umum

KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI),

Mgr. M.D. Situmorang OFM Cap.

Ketua

Mgr. J.M. Pujasumarta

Sekretaris Jenderal

Thursday, October 28, 2010

PMKRI PEDULI


Salam Kemanusiaan!!


Bergeraklah pemuda Indonesia dan serukan, Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa : KEMANUSIAAN!!

Sementara ini kawan-kawan PMKRI bersama rekan-rekan dari Cipayung, bergerak di lapangan untuk melihat kondisi dan kebutuhan para pengungsi. Sinergi antar posko organisasi menjadi pilihan. Untuk Posko PMKRI Peduli di Margasiswa Jl. Dr. Wahidin 54 sementara ini menyampaikan kebutuhan para pengungsi. Bagi yang tergerak membantu berupa barang-barang kebutuhan atau bantuan dana dapat menghubungi Kordinator Posko PMKRI Peduli di Jogjakarta, Sdr. Rio Wiran (081392107516) atau bagian Informasi Publikasi Thomas (081227292686).

Sekadar usulan agar digelar sumbangan sukarela di cabang-cabang untuk menggerakkan solidaritas PMKRI PEDULI. Cabang-cabang terdekat bisa saling membantu. Misal Cabang se-Sumatera bisa Fokus menggalang solidaritas dan membantu kawan-kawan di PMKRI (PADANG) PEDULI untuk Bencana Mentawai. Sebaliknya di wilayah sekitar Jawa bisa menyalurkan melalui PMKRI (JOGJA) PEDULI untuk bencana Merapi, Kawasan Timur untuk PMKRI (NABIRE) PEDULI bencana Wasior. Selebihnya pilihan diserahkan pada cabang-cabang.

Untuk bantuan dana, yang akan digunakan untuk kebutuhan pengungsi, serta program Pendampingan Anak silahkan menyalurkan melalui PMKRI (JOGJA) PEDULI melalui:

  • Bank Mandiri 1370005509605 a.n Lusiana Bintang Siregar
  • Bank BRI 1111.01.0022295.01 a.n Marianus Wiran
  • Bank BCA 4564892647 a.n Thomas Robiana Sembiring

Untuk kontrol bantuan, mohon setiap pengiriman bantuan konfirmasi ke Kordinator Posko PMKRI (JOGJA) PEDULI, Rio Wiran (081392107516)


KEBUTUHAN PENGUNGSI MERAPI

OBAT : obat sakit kepala, flu, ispa, alergi, asma, gatal,-gatal, antiseptik, antibiotik, obat wanita dan anak-anak, obat penghangat (balsem dll),

LAIN-LAIN : masker, terpal, kebutuhan wanita, selimut, makanan anak-anak, makanan bayi, pampers, susu, bubur bayi, penerangan, (genset, kabel, lampu), sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, sampo, logistik, tabung oksigen.

Wilayah Salam:

Data sementara di 5 tempat pengungsian kec Salam (balai desa Sucen, Jumoyo. Cawakan, Srumbung, Gulon), jumlah balita 700 anak, cacat netra, rungu, fisik 80 orang. Kebutuhan susu, pampers bayi, slimut, tikar, alas tidur, alat MCK, roti kering.

Posko glagaharjo, cangkringan sleman: balita 129, ibu hamil 12, anak usia sekolah 198, lansia 229, cacat 9, lainnya dewasa. total jmlh pengungsi 1552. daftar kebutuhan mendesak belum terkonfirmasikan.

(SUmber: BANTU MERAPI GROUP)



Unit Publikasi PMKRI (JOGJA) PEDULI


Tata dan Thomas sembirinK

Sunday, September 26, 2010

JADIKAN KITAB SUCI SEBAGAI INSPIRASI

(Panitia Pelaksana BKSN PMKRI 2010 yang dipimpin oleh Tata, pose bersama Ketua Presidium PMKRI Yogyakarta, Lusiana Bintang Siregar)

Jadikan Kitab Suci Sebagai Inspirasi. Demikian satu pesan utama dalam Penutupan Bulan Kitab Suci Nasional 2010 yang digelar oleh PMKRI Cabang Yogyakarta St. Thomas Aquinas. Acara yang berlangsung di Margasiswa Yogyakarta pada Sabtu (25/09) diikuti oleh seratusan mahasiswa katolik dari beberapa perguruan tinggi. Meski cuaca buruk melanda kota Yogyakarta dan listrik padam dari awal hingga acara berakhir, peserta tetap antusias mengikuti acara dalam terang lilin saat malam tiba.

Rangkaian acara terdiri dari Sarasehan bertemakan “Kitab Suci, Sumber Inspirasiku” yang menghadirkan pegiat kaum muda dari MAGiS Yogyakarta, Agustinus Prasetyo dan Sr. Irene, FCJ serta Lilik Krimantoro yang merupakan penggerak kaum muda Keuskupan Agung Semarang. Dalam sarasehan para peserta saling membagikan pengalaman mengenal dan mendalami kitab suci. Selain itu ada pula yang membagikan pengalaman hidup mereka yang diinspirasi oleh kitab suci.

Sr. Irene, FCJ mengungkapkan bahwa bukan soal berapa banyak kita membaca kitab suci, tetapi lebih bagaimana kita memaknai setiap sabda Allah yang kita dengarkan. Sabda Allah semestinya menjadi bagian dari hidup kita, dan satu kata sederhana saja dari kitab suci bisa menjadi inspirasi seumur hidup.

Seusai sarasehan, perwakilan mahasiswa mengikuti kuis kitab suci mewakili komunitas masing-masing, diantaranya KMK FTP UGM, KMK Psikologi UGM, PD Yohanes, Missio Day, Kana Community, Forum Komunikasi Mahasiswa Katolik Papua, Komunitas Paingan dan English Mass Community Sanata Dharma. Kuis dimulai dengan penampilan yel-yel yang selaras dengan tema. Selanjutnya para peserta diberi pertanyaan seputar kitab suci dan pengetahuan gereja melalui bentuk yang kreatif.

Menjelang penutupan, mahasiswa katolik dari berbagai kampus tersebut merayakan ekaristi bersama yang dipimpin oleh Rm. Bagus, SJ. Beliau menyampaikan apresiasi atas antusiasme mahasiswa katolik yang masih bertahan dalam situasi gelap dan cuaca yang tampak kurang bersahabat demi menutup bulan kitab suci bersama-sama.

Sementara itu, Ketua Presidium PMKRI Cabang Yogyakarta St. Thomas Aquinas, Lusiana Bintang Siregar, menyampaikan apresiasi dan selamat bagi mahasiswa katolik yang hadir dalam rangkaian acara penutupan bulan kitab suci. Acara ini sejak 3 tahun terakhir telah menjadi satu momen penting bagi PMKRI dalam memfasilitasi bertemunya berbagai komunitas mahasiswa katolik dan menghidupi semangat perutusan yang diajarkan dalam kitab suci. Lebih lanjut menurut mahasiswi Psikologi Universitas Sanata Dharma ini, apapun pilihan hidup yang diambil hendaklah kitab suci senantiasa menjadi inspirasi.

Acara diakhiri dengan foto bersama serta meneriakkan bersama semboyan belajar dan pengabdian, Pro Ecclesia Et Patria!

Saturday, August 28, 2010

PMKRI GELAR RAKER

PMKRI St. Thomas Aquinas Cabang Yogyakarta menggelar Rapat Kerja (28/08) di Margasiswa Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh jajaran DPC 2010-2011 yang dibentuk oleh Lusiana Bintang Siregar selaku Mandataris RUA/Formatur Tunggal/Ketua Presidium. Rapat Kerja ini diharapkan menjawab tantangan aktual PMKRI serta merevitalisasi perhimpunan melalui program-program kerja yang visioner dan kualitatif.
Rapat Kerja ini diawali dengan diskusi keorganisasian serta penyusunan program. Menjawab situasi PMKRI yang semakin penuh dengan tantangan, pemahaman terhadap dasar-dasar organisasi dibutuhkan oleh para pengurus. Bravo PMKRI St. Thomas Aquinas Cabang Yogyakarta. Pro Ecclesia Et Patria!

Tuesday, June 1, 2010

PMKRI YOGYAKARTA GELAR DIES NATALIS 63

Memperingati usianya yang ke 63 tahun, PMKRI St. Thomas Aquinas Yogyakarta menggelar acara Sarasehan Orang Muda Katolik (29/3) di Margasiswa Yogyakarta. Acara yang dihadiri puluhan undangan ini dikemas secara sederhana dan diisi dengan bagi pengalaman antar peserta yang merupakan aktivis organ kemahasiswaan Katolik, Pemuda Katolik, WKRI dan Mudika.

Klaudius Choland selaku Pjs. Ketua Presidium PMKRI menyatakan bahwa peringatan dies kali ini diharapkan menjadi
sebuah kesempatan berefleksi dan melakukan otokritik
bagi organ yang lahir pada 25 Mei 1947 ini. Lebih lanjut menurutnya, sinergi antar gerakan kekatolikan perlu dilakukan untuk lebih meningkatkan peran serta aktif dalam kehidupan bergereja dan berbangsa. PMKRI

Para peserta yang saling membagikan pengalaman di organisasinya masing-masing menyatakan perlunya sinergi antar organ mereka. Semakin lemahnya aktivitas gerakan organ katolik dalam pengkaderan dikhawatirkan mengurangi peran serta dalam karya di ranah kemasyarakatan. Dalam konteks kaderisasi PMKRI, Lilik krismantoro selaku penggiat dan pemerhati Orang Muda Katolik menyatakan pentingnya menyadari kebutuhan calon anggota yang hendak mengikuti kaderisasi di PMKRI. Untuk itu perlu bagi PMKRI memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan calon kadernya yang tentunya selaras dengan arah gerak perhimpunan tersebut.

Acara sarasehan tersebut diakhiri dengan kesepakatan antar organ yang hadir untuk mempererat jejaring diantara mereka. Melalui jejaring ini diharapkan, kebangkitan gerakan katolik dapat lebih mewarnai kehidupan menggereja dan berbangsa, selaras dengan semangat menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia. Sore harinya, Dewan Pimpinan Cabang PMKRI St. Thomas Aquinas Yogyakarta melanjutkan peringatan Dies Natalis dengan temu diskusi bersama Alumni.

Friday, April 23, 2010

MPAB PMKRI KOMDA II JATENG DIY 2010`


Bertempat di Joglo Tanjung, Sleman-Yogyakarta, PMKRI Komisariat Daerah II Jawa Tengah-Yogyakarta menggelar Masa Penerimaan Anggota Bersama (MPAB) dari 23-25 April 2010. Mengambil semangat tema menjadi Kader Visioner dan Misioner kaderisasi kali ini pun merupakan sebuah terobosan PMKRI yang dinilai cukup visioner. Barangkali ini adalah MPAB yang pertama kali digelar bersama dalam satu regio atau komisariat daerah dalam sejarah perhimpunan yang akan merayakan Dies Natalis ke-63 Mei mendatang.

Puluhan peserta berasal dari Semarang, Solo, dan Yogyakarta dan dari latar belakang yang berbeda. Pada awal para peserta dilibatkan dalam proses Ekskursi Sosial untuk melihat realitas sosial disekitar mereka. Selama proses berlangsung peserta didampingi oleh panitia dengan semangat persaudaraan selaras dengan semangat fraternitas PMKRI.

Terobosan mengadakan MPAB se-Komda II bukanlah tanpa tantangan. Kondisi jarak dan persoalan internal cabang-cabang menimbulkan persoalan tersendiri, kendati demikian dengan hitungan waktu persiapan yang relatif singkat, kader-kader PMKRI se-Komda II mampu melaksanakan proses kaderisasi formal perhimpunan tersebut. Terobosan ini sekaligus secara tidak langsung telah melintasi ego masing-masing cabang yang selama ini dinilai cukup tinggi. Harapan kedepan melalui pengkaderan bersama sejak dini, para peserta mampu mengurangi kecenderungan konflik kepentingan antar cabang sehingga perhimpunan dapat melakukan kaderisasi secara lebih nyaman dan positif.

Secara istimewa untuk mengapresiasi terobosan ruang kaderisasi ini, Pengurus Pusat PMKRI 2008-2010 pun berkenan hadir dan mendukung sebagai pemateri. Bambang Felix, Presidium Hubungan Luar Negeri PP PMKRI yang baru-baru ini mengikuti Pelatihan HAM di Swiss menyatakan kebanggaannya atas dinamika positif yang semakin tampak di PMKRI, khususnya Komda II. Menurutnya
tantangan kemanusiaan yang dihadapi mahasiswa saat ini sudah melampaui batas-batas teritorial kota yang terbatas
. Dunia yang semakin terintegrasi saat ini membawa dampak saling terhubungnya problem-problem sosial di tingkatan lokal dengan sistem masyarakat global, yang membentuk wajah peradaban dunia saat ini. Oleh karena itu semangat solidaritas dan kerja bersama dalam wilayah regional (baca : komda) ini menjadi awal yang baik menuju solidaritas global, dalam membangun kerja-kerja memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Nilai gotong royong, kerja sama, mau berkorban, yang melampaui semangat kedaerahan, menjadi penting dalam membentuk budaya tanding terhadap sifat individualisme, hedonis yang menjangkiti kaum muda saat ini.

Semoga kaderisasi ini mampu melahirkan pemimpin-pemimpin muda katolik yang senantiasa dan setia berjuang bagi gereja dan bangsa. Pro Ecclesia Et Patria!

Sunday, March 21, 2010

BERGABUNG BERSAMA PMKRI

Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB)
PMKRI Cabang Yogyakarta St. Thomas Aquinas



Acara :
Tgl. 23-25 April 2010

Tempat :

Sleman, Yogyakarta


Pendaftaran :
Tgl. 18 Maret s/d 20 April 2010.



Mahasiswa-Mahasiswi Yogyakarta ...

Bila kamu punya kepedulian sosial pada mereka yang miskin dan tertindas


Punya semangat belajar dan mengembangkan potensi diri,

Berminat dalam menjalin persaudaraan dan berbagi



Contact Person :

085647403877 (Poppy)

085761334988 ( Bintang)

085727479787 (Brigita)

081392107516 (Rio Wiran)

085253384625 (Dion)


Facebook ID : PMKRI Yogyakarta


Buruan daftarkan dirimu!!!


Pro Ecclesia Et Patria!



Saturday, March 6, 2010

PENGURUS PUSAT PMKRI : QUO VADIS CENTURY?


JAKARTA, KOMPAS.com — Bagi masyarakat, pertanyaan besar masih tersisa menjelang akhir kerja Pansus Hak Angket Pengusutan Kasus Bank Century DPR. Para mahasiswa pun turut mempertanyakannya. Sejumlah nama di sekitar Presiden SBY dibidik, tetapi muara aliran dana tak kunjung jelas.
Menjadi agak aneh, waktu Bank Bali, diundang auditor eksternal dan muncul analisis mendalam.

Ketua Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Tri Adi mengungkapkan rasa penasarannya mengapa Pansus tak kunjung menelusurinya hingga akhir. Sulit memahami bahwa Pansus tak mampu menunjukkannya. Padahal, Pansus Hak Angket Kasus Bank Bali pada periode kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid mampu mengungkapnya.

"Menjadi agak aneh, waktu Bank Bali, diundang auditor eksternal dan muncul analisis mendalam. Tapi saat ini, Century sampai saat ini kita enggak tahu sampai ke sana," tuturnya dalam diskusi bertajuk "Mampukah Mahasiswa dan Masyarakat Mengawal Tuntas Skandal Century" di Universitas Paramadina, Senin (1/3/2010). Diskusi menghadirkan sejumlah aktivis mahasiswa.

Menurut Tri Adi, faktor penyebabnya menyedihkan karena para anggota Dewan justru bermain dalam realita politik tarik ulur kepentingan.

"Fraksi atau legislatif yang menjadi penyambung lidah tak tegas juga. Ketika ditawarkan apa melempem juga," katanya.

Tak hanya Pansus, ungkapnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga dinilai tak memberikan ketegasan terkait penerima akhir aliran dana talangan Bank Century.

Dengan demikian, perwakilan mahasiswa lainnya, Chozin Amrullah, menilai harapan untuk menuntaskan kasus Century baik secara politis maupun hukum tampak suram.

"Harapan kami tampaknya memang tipis, apalagi setelah KPK dibombardir. Tapi kami harus tetap teriak. Kami menyuarakan hati nurani kami," kata Chozin Amrullah.

(Sumber berita : http://nasional.kompas.com/read/2010/03/01/14501031/Mahasiswa:.Kemana.Sebenarnya.Aliran.Dana.Century)

BUNG KARNO TENTANG BERDIKARI


Soekarno (Bung Karno) Presiden Pertama Republik Indonesia, 1945- 1966, menganut ideologi pembangunan ‘berdiri di atas kaki sendiri’. Proklamator yang lahir di Blitar, Jatim, 6 Juni 1901 ini dengan gagah mengejek Amerika Serikat dan negara kapitalis lainnya: “Go to hell with your aid.” Persetan dengan bantuanmu.


Ia mengajak negara-nega-ra sedang berkembang (baru merdeka) bersatu. Pemimpin Besar Revolusi ini juga berhasil mengge-lorakan semangat revolusi bagi bangsanya, serta menjaga keutuhan NKRI.

Tokoh pencinta seni ini memiliki slogan yang kuat menggantungkan cita-cita setinggi bintang untuk membawa rakyatnya menuju kehidupan sejahtera, adil makmur. Ideologi pembangunan yang dianut pria yang berasal dari keturunan bangsawan Jawa (Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo, suku Jawa dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai, suku Bali), ini bila dilihat dari buku Pioneers in Development, kira-kira condong menganut ideologi pembangunan yang dilahirkan kaum ekonom yang tak mengenal kamus bahwa membangun suatu negeri harus mengemis kepada Barat. Tapi bagi mereka, haram hukumnya meminta-minta bantuan asing. Bersentuhan dengan negara Barat yang kaya, apalagi sampai meminta bantuan, justru mencelakakan si melarat (negara miskin).

Bagi Bung Karno, yang ketika kecil bernama Kusno, ini tampaknya tak ada kisah manis bagi negara-negara miskin yang membangun dengan modal dan bantuan asing. Semua tetek bengek manajemen pembangunan yang diperbantukan dan arus teknologi modern yang dialihkan — agar si miskin jadi kaya dan mengejar Barat — hanyalah alat pengisap kekayaan si miskin yang membuatnya makin terbelakang.

Itulah Bung Karno yang berhasil menggelorakan semangat revolusi dan mengajak berdiri di atas kaki sendiri bagi bangsanya, walaupun belum sempat berhasil membawa rakyatnya dalam kehidupan yang sejahtera. Konsep “berdiri di atas kaki sendiri” memang belum sampai ke tujuan tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi bangsa. Daripada berdiri di atas utang luar negeri yang terbukti menghadirkan ketergantungan dan ketidakberdayaan (noekolonialisme).

Masa kecil Bung Karno sudah diisi semangat kemandirian. Ia hanya beberapa tahun hidup bersama orang tua di Blitar. Semasa SD hingga tamat, ia tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjut di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu ia pun telah menggembleng jiwa nasio-nalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, ia pindah ke Bandung dan me-lanjutkan ke THS (Technische Hooge-school atau Sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.

Kemudian, ia merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, si penjajah, menjebloskannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul ‘Indonesia Menggugat’, dengan gagah berani ia menelanjangi kebobrokan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.

Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas (1931), Bung Karno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, ia kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.

Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya, ia juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan ia berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.

Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik sangat hebat. Ia pun tak mau membubarkan PKI yang dituduh oleh mahasiswa dan TNI sebagai dalang kekejaman pembunuh para jenderal itu. Suasana politik makin kacau. Sehingga pada 11 Maret 1966 ia mengeluarkan surat perintah kepada Soeharto untuk mengendalikan situasi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Supersemar. Tapi, inilah awal kejatuh-annya. Sebab Soeharto menggunakan Supersemar itu membubarkan PKI dan merebut simpati para politisi dan mahasiswa serta ‘merebut’ kekuasaan. MPR mengukuhkan Supersemar itu dan menolak pertanggungjawaban Soekarno serta mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden.

Kemudian Bung Karno ‘dipenjarakan’ di Wisma Yaso, Jakarta. Kesehatannya terus memburuk. Akhirnya, pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jawa Timur di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Paduka Yang Mulia Pemimpin Besar Revolusi ini meninggalkan 8 orang anak. Dari Fatmawati mendapatkan lima anak yaitu Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati, dan Guruh. Dari Hartini mendapat dua anak yaitu Taufan dan Bayu. Sedangkan dari Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mendapatkan seorang putri yaitu Kartika.

Orator Ulung
Presiden pertama RI itu pun dikenal sebagai orator yang ulung, yang dapat berpidato secara amat berapi-api tentang revolusi nasional, neokolonialis-me dan imperialisme. Ia juga amat percaya pada kekuatan massa, kekuatan rakyat.

“Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” kata Bung Karno, dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Suatu ungkapan yang cukup jujur dari seorang orator besar.

Gejala berbahasa Bung Karno merupakan fenomena langka yang mengundang kagum banyak orang. Kemahirannya menggunakan bahasa dengan segala macam gayanya berhubungan dengan kepribadiannya. Hal ini tercermin dalam autobiografi, karangan-karangan dan buku-buku sejarah yang memuat sepak terjangnya.

Ia adalah seorang cen-dekiawan yang meninggal-kan ratusan karya tulis dan beberapa naskah dra-ma yang mungkin hanya pernah dipentaskan di Ende, Flores. Kumpulan tulisannya sudah diterbit-kan dengan judul “Diba-wah Bendera Revolusi”, dua jilid. Jilid pertama boleh dikatakan paling menarik dan paling penting karena mewakili diri Soekarno sebagai Soekarno.

Dari buku setebal kira-kira 630 halaman tersebut tulisan pertama yang bermula dari tahun 1926, dengan judul “Nasionalis-me, Islamisme, dan Marxisme” adalah paling menarik dan mungkin paling penting sebagai titik-tolak dalam upaya memahami Soekarno dalam gelora masa mudanya, seorang pemuda berumur 26 tahun.

Di tengah kebesarannya, sang orator ulung dan penulis piawai, ini selalu membutuhkan dukungan orang lain. Ia tak tahan kesepian dan tak suka tempat tertutup.

Di akhir masa kekuasaannya, ia sering merasa kesepian. Dalam autobio-grafinya yang disusun oleh Cindy Adams, Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat itu, bercerita. “Aku tak tidur selama enam tahun. Aku tak dapat tidur barang sekejap. Kadang-kadang, di larut malam, aku menelepon seseorang yang dekat denganku seperti misalnya Subandrio, Wakil Perdana Menteri Satu dan kataku, ‘Bandrio datanglah ke tempat saya, temani saya, ceritakan padaku sesuatu yang ganjil, ceritakanlah suatu lelucon, berceritalah tentang apa saja asal jangan mengenai politik. Dan kalau saya tertidur, maafkanlah.... Untuk pertama kali dalam hidupku aku mulai makan obat tidur. Aku lelah. Terlalu lelah.”

Dalam bagian lain disebutkan, “Ditinjau secara keseluruhan maka jabatan presiden tak ubahnya seperti suatu pengasingan yang terpencil... Seringkali pikiran oranglah yang berubah-ubah, bukan pikiranmu... Mereka turut menciptakan pulau kesepian ini di sekelilingmu.”

Anti Imperialisme
Pada 17 Mei 1956. Bung Karno mendapat kehormatan menyampaikan pidato di depan Kongres Amerika Serikat. Sebagaimana dilaporkan New York Times (halaman pertama) pada hari berikutnya, dalam pidato itu dengan gigih ia menyerang kolonialisme.

“Perjuangan dan pengorbanan yang telah kami lakukan demi pembebasan rakyat kami dari belenggu kolonialisme, telah berlangsung dari generasi ke generasi selama berabad-abad. Tetapi, perjuangan itu masih belum selesai. Bagaimana perjuangan itu bisa dikatakan selesai jika jutaan manusia di Asia maupun Afrika masih berada di bawah dominasi kolonial, masih belum bisa menikmati kemerdekaan?” pekik Soekarno ketika itu.

Hebatnya, meskipun pidato itu dengan keras menentang kolonialisme dan imperialisme, serta cukup kritis terhadap negara-negara Barat, ia mendapat sambutan luar biasa di Amerika Serikat (AS).

Pidato itu menunjukkan konsistensi pemikiran dan sikap-sikap Bung Karno yang sejak masa mudanya antikolonialisme. Terutama pada periode 1926-1933, semangat antikolonialisme dan anti-imperialisme itu sudah jelas dikedepankannya.

Sangat jelas dan tegas ingatan kolektif dari pahitnya kolonialisme yang dilakukan negara asing yang kaya itu. Namun, kata dan fakta adalah dua hal yang berbeda, dan tak jarang saling bertolak belakang.

Soekarno dan para penggagas nasionalisme lainnya dipaksa bergulat di antara “kata” dan “fakta” politik yang dicoba dirajut namun ternyata tidak mudah, dan tak jarang menemui jalan buntu.

Soekarno yang rajin berkata-kata, antara lain mengenai gagasan besarnya menyatukan kaum nasionalis, agama dan komunis (1926) menemukan kenyataan yang sama sekali bertolak belakang, ketika ia mencobanya menjadi fakta. Begitu pula gagasan besarnya yang lain: marhaenisme, atau nasionalisme marhaenistis, yang matang dikonsepsikan pada tahun 1932. Bahkan, gagasannya mengenai Pancasila.

Tokoh Kontroversial
Sebagai sosok yang memiliki prinsip tegas, Bung Karno kerap dianggap sebagai tokoh kontroversial. Maka tak heran jika dia memiliki lawan maupun kawan yang berani secara terang-terangan mengritik maupun membela pandangannya. Di mata lawan-lawan politiknya di Tanah Air, ia dianggap mewakili sosok politisi kaum abangan yang “kurang islami”. Mereka bahkan menggolongkannya sebagai gembong kelompok “nasionalis sekuler”.

Akan tetapi, di mata Syeikh Mahmud Syaltut dari Cairo, penggali Pancasila itu adalah Qaida adzima min quwada harkat al-harir fii al-balad al-Islam (Pemimpin besar dari gerakan kemerdekaan di negeri-negeri Islam). Malahan, Demokrasi Terpimpin, yang di dalam negeri diperdebatkan, justru dipuji oleh syeikh al-Azhar itu sebagai, “lam yakun ila shuratu min shara asy syuraa’ allatiy ja’alha al-Qur’an sya’ana min syu’un al-mu’minin” (tidak lain hanyalah salah satu gambaran dari permusyawaratan yang dijadikan oleh Al Quran sebagai dasar bagi kaum beriman).

Tatkala memuncak ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab soal status Palestina ketika itu, pers sensasional Arab menyambut Bung Karno, “Juara untuk kepentingan-kepentingan Arab telah tiba”. Begitu pula, Tahta Suci Vatikan memberikan tiga gelar penghargaan kepada presiden dari Republik yang mayoritas Muslim itu.

Memang, pembelaan Bung Karno terhadap kaum tertindas tidak hanya untuk negerinya namun juga negeri lain. Itulah sebabnya, mengapa ia dipuja habis oleh bangsa Arab yang tengah menghadapi serangan Israel kala itu. Bung Karno dianggap sebagai pemimpin kaum Muslim. Padahal, di dalam negeri sendiri ia kerap dipandang lebih sebagai kaum abangan daripada kaum santri.

Sebenarnya, seberapa religiuskah Bung Karno? Bukankah ia juga dalam konsepsi Pancasila merumuskan sila Ketuhanan Yang Maha Esa? Sila yang menunjukkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan mengakui lima agama. Bagaimana mungkin merangkum visi lima agama itu dalam satu kalimat yang mendasar itu kalau si pembuat kalimat tidak memahami konteks kehidupan beragama di Indonesia secara benar?

Dalam hal ini elok dikutip pendapat Clifford Geertz Islam Observed (1982): “Gaya religius Soekarno adalah gaya Soekarno sendiri.” Betapa tidak? Kepada Louise Fischer, Bung Karno pernah mengaku bahwa ia sekaligus Muslim, Kristen, dan Hindu. Di mata pengamat seperti Geertz, pengakuan semacam itu dianggap sebagai “bergaya ekspansif seolah-olah hendak merangkul seluruh dunia”. Sebaliknya, ungkapan semacam itu-pada hemat BJ Boland dalam The Struggle of Islam in Modern Indonesia (1982)- “hanya merupakan perwujudan dari perasaan keagamaan sebagian besar rakyat Indonesia, khususnya Jawa”. Bagi penghayatan spiritual Timur, ucapan itu justru “merupakan keberanian untuk menyuarakan berbagai pemikiran yang mungkin bisa dituduh para agamawan formalis sebagai bidah”.

Sistem Politik
Soekarno memiliki pandangan mengenai sistem politik yang didukungnya adalah yang paling “cocok” dengan “kepribadian” dan “budaya” khas bangsa Indonesia yang konon mementingkan kerja sama, gotong-royong, dan keselarasan. Dalam retorika, ia mengecam “individualisme” yang katanya lahir dari liberalisme Barat. Individualisme itu melahirkan egoisme, dan ini terutama dicerminkan oleh pertarungan antarpartai.

Lalu ia mencetuskan Demokrasi Terpimpin. Dalam berpolitik Soekarno mementingkan politik mobilisasi massa, ia bersimpati pada gerakan-gerakan anti-imperialisme, dan mungkin sebagai salah satu konsekuensinya, penerimaannya pada Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai aktor politik yang sah, pendukung konsepsi demokrasi terpimpin. Jadi ia mencanangkan sistem politik yang berwatak anti-liberal dan curiga pada pluralisme politik. Ia mementingkan “persatuan” demi “revolusi”.

Pada tahun 1950-an, Indonesia memang ditandai oleh ketidakstabilan politik yang disebabkan oleh sistem demokrasi parlementer. Sistem ini bersifat sangat liberal, dan didominasi oleh partai-partai politik yang menguasai parlemen. Pemilu 1955-yang dimenangkan empat kekuatan besar, Masyumi, Partai Nasional Indonesia (PNI), Nahdlatul Ulama (NU) serta PKI- hingga kini masih dianggap sebagai pemilu paling bebas dan bersih yang pernah dilaksanakan sepanjang sejarah Indonesia. Namun, di sisi lain dari sistem parlemen yang dikuasai partai itu adalah sering jatuh bangunnya kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. Selain itu, sejarah juga mencatat bahwa integritas nasional terus-menerus diancam oleh berbagai gerakan separatis, yakni DI/TI, PRRI/Permesta, dan sebagainya.

Kenyataan ini membuat Soekarno makin curiga pada partai politik karena dia menganggap Masyumi, dan juga PSI, terlibat dalam beberapa pemberontakan daerah.
Kemudian, Soekarno mendekritkan kembalinya Indonesia pada UUD 1945 karena kegagalan Konstituante untuk memutuskan UUD baru untuk Indonesia, akibat perdebatan berlarut-larut, terutama antara kekuatan nasionalis sekuler dan kekuatan Islam mengenai dasar negara.

(Sumber : www.tokohindonesia.com)

TAN MALAKA, SANG REVOLUSIONER


Tan Malaka, lengkapnya Ibrahim Datuk Tan Malaka. Tokoh revolusioner Republik Indonesia.

‘Ntah kenapa, setiap mengenang dan melihat foto tokoh ini dada saya serasa bergetar. Terbayang seorang anak manusia yang menjadi legenda—hampir-hampir menjadi mitos. Bertualang dari satu negeri ke negeri lainya, menjadi buronan polisi rahasia internasional. Seorang pejuang revolusioner yang kesepian….

Seperti apakah tokoh kita ini? Sehingga menjadi pelarian sepanjang hidupnya dan mengakhiri hidup dengan tragis ditembak oleh bangsanya sendiri?

Bergetar dada saya, sebab saya begitu akrab dengan tokoh ini. Walau tak berjumpa fisik, tapi karya-karyanya: Menuju Indonesia Merdeka, Gerpolek, Dari Penjara Ke Penjara, sampai Madilog meninggalkan kesan yang sangat mendalam buat saya. Bahkan kisah hidupnya dalam Dari Penjara Ke Penjara membuat saya terobsesi. Bahwa, kecintaannya terhadap tanah air begitu melebihi kecintaannya terhadap dirinya sendiri. Ketika masih menjadi aktivis mahasiswa dahulu, saya bahkan berikrar tidak akan kawin sebelum reformasi selesai! Wah!

Satu lagi, karyanya Madilog (Materialisme-Dialektika-Logika) membongkar cara berpikir saya menjadi lebih kritis dan ilmiah dan banyak mempengaruhi saya dalam memandang sesuatu. Tak ada tidak tidak mungkin (mustahil). Sesuatu yang dianggap mustahil hari ini akan menjadi biasa di masa mendatang. Demikian kira-kira salah satu pokok pikiran dalam Madilog.

Tan Malaka, anak Minangkabau yang terlahir 2 Juni 1897 di desa Pandan Gadang –Sumatra Barat. Ia termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luar biasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Moh.Yamin dan lain-lain.

Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini telah banyak melahirkan pemikiran-pemikiran yang orisinil, berbobot dan brilian hingga berperan besar dalam sejarah perjaungan kemerdekaan Indonesia. Dengan perjuangan yang gigih maka ia mendapat julukan tokoh revolusioner yang legendaris.

Beliaulah yang pertama kali mencetuskan kata “Republik Indonesia” dan mengucapkan kata “Indonesia Merdeka 100%”, tanpa konpromi sama sekali dengan penjajah.

Tokoh ini begitu berbahayanya kah hingga banyak sekali negara-negara yang mencekalnya dan mengejar-ngejar untuk ditahan bahkan dibunuh jika sulit menangkap? Sejumlah tokoh besar seperti: Lenin, Stalin, Trotsky, Chiang Kai Sek, sampai Mao Tsu Teng menganggap tokoh ini adalah orang paling berbahaya dan terlarang! Tan Malaka dilarang memasuki Prancis, Sovyet, Baltik, Balkan, Britania, China Daratan apalagi Belanda. Tokoh ini adalah guru imajiner buat Ho Chi Minh (bapak bangsa Vietnam), Aung San (ayah dari Aung San Syu Ki) dan Joseph B. Tito (bapak bangsa Yugoslavia, yang sudah sejarah) dll.

Tan Malaka ‘belajar’ di bawah kharismatik legenda yang juga “dihilangkan” dari sejarah bangsa, R.M Tirto Adhi Soeryo. Awalnya adalah SP, SDI kemudian menjadi SI terus pecah dan salah satunya PKI. Ia ‘dibesarkan’ dalam suasana semangat gerakan modern Islam Kaoem Moeda di Sumatera Barat. Tahun 1913 belajar ke Belanda, penyesalan bagi Belanda, karena merasa “membesarkan” anak harimau.

Tahun 1919 kembali ke Indonesia bekerja sebagai guru di Deli. Ketimpangan sosial di lingkungan perkebunan antara buruh dan tuan tanah menimbulkan semangat radikal pada diri Tan Malaka muda. Saat kongres PKI 24-25 Desember 1921, Tan Malaka diangkat sebagai pimpinan partai. Pemuda cerdas ini banyak berdiskusi dengan Semaoen mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda, juga merencanakan suatu pengorganisasian bentuk pendidikan bagi anggota-anggota PKI dan SI (Sarekat Islam) untuk menyusun suatu sistem kader, gerakan-gerakan aksi, keahlian berbicara, jurnalistik dan keahlian memimpin rakyat. Namun pemerintahan Belanda melarang hingga mengambil tindakan tegas.

Pemikiran-pemikiran beliau menjadi inspirasi dan motivasi bagi para pejuang kemerdekaan dahulunya. Pada masa awal kemerdekaan, Bung Karno pernah menunjuk tokoh ini sebagai penggantinya–pengemban amanat pemimpin bangsa untuk meneruskan perjuangan apabila beliau tertangkap atau tidak bisa melanjutkan perjuangan.

Di masa revolusi nasional, Tan Malaka adalah sosok yang disegani. Soekarno menganggapnya sebagai guru revolusi. Hatta menyebutnya sebagai sosok yang tak mudah membungkukkan tulang punggungnya. Sebagian orang malah menyebutnya sebagai filosof Indonesia yang paling awal.

Banyak hal yang tidak terjelaskan dalam sejarah bangsa ini. Dalam buku-buku sejarah dinyatakan atau dituduh bahwa beliau adalah tokoh komunis, dan yang namanya komunis maka akan ditenggelamkan dalam sejarah dan hidup bangsa ini. Padahal juga diketahui, bahwa beliau adalah orang yang dimusuhi oleh tokoh-tokoh komunis masa lalu. Beliau melarikan diri kemana-kemana negeri, salah satu sebab juga diburu oleh orang-orang komunis.

Banyak sejarah yang mesti diungkap kebenarannya. Tulisan ini cuma sebagai pengantar kritis kita terhadap para pejuang dan pahlawan kita. Sudah saatnya kita tempatkan pejuang dalam deretan pahlawan dan para pengkhianat dalam daftar para pecundang. Referensi mendalam tentang tokoh ini bisa didapat dari internet atau buku-buku. Silahkan cari sendiri.

Saya referensikan Anda untuk membaca karya beliau: Dari Penjara Ke Penjara dan Madilog. Inilah buku wajib para pencari kesadaran baru dan ingin merubah pola pikir. Selamat membaca dan menghargai pahlawan.

(Sumber : http://hensyam.wordpress.com)

Friday, March 5, 2010

Muhammad Yunus Tentang Kemiskinan


Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, Saya yakin kita bisa menciptakan dunia yang bebas dari kemiskinan, karena kemiskinan tidak dibikin oleh rakyat miskin. Kemiskinan diciptakan dan dilestarikan oleh sistem sosial-ekonomi yang kita rancang sendiri; pranata-pranata dan konsep-konsep yang menyusun sistem itu; kebijakan-kebijakan yang kita terapkan.

Kemiskinan tercipta karena kita membangun kerangka teoretis berdasarkan asumsi-asumsi yang merendahkan kapasitas manusia, dengan merancang konsep-konsep yang terlampau sempit (seperti konsep bisnis, kelayakan kredit, kewirausahaan, lapangan kerja) atau mengembangkan lembaga-lembaga yang belum matang (Seperti lembaga-lembaga keuangan yang tidak mengikutsertakan kaum miskin). Kemiskinan disebabkan oleh kegagalan pada tataran konseptual, dan bukan kurangnya kapabilitas di pihak rakyat.

Saya percaya sepenuh hati bahwa kita bisa menciptakan dunia yang bebas-kemiskinan bila secara kolektif kita mempercayainya. Dalam dunia yang bebas-kemiskinan, tempat satu-satunya Anda bisa melihat kemiskinan adalah di museum-museum kemiskinan. Ketika anak-anak sekolah berkunjung ke museum-museum kemiskinan itu, mereka akan ngeri melihat kesengsaraan dan kehinadinaan yang harus dilalui sebagian umat manusia. Mereka akan menyalahkan leluhurnya karena mentolerir kondisi yang tidak manusiawi yang sudah berlangsung begitu lama atas begitu banyak orang ini.

Seorang manusia lahir di dunia ini dengan bekal penuh bukan hanya untuk mengurusi dirinya sendiri saja, tetapi juga turut menyumbangkan upaya untuk memperluas kesejahteraan dunia secara keseluruhan. Ada yang punya peluang untuk menggali potensi mereka sampai takaran tertentu, tapi banyak lainnya yang tak pernah mendapat kesempatan apapun seumur hidupnya untuk menguak bakat-bakat menakjubkan yang hadir bersama kelahirannya. Mereka mati tanpa pernah tergali dan dunia tak pernah merasakan kreativitas dan sumbangsih mereka.

Grameen telah memberi saya keyakinan tak tergoyahkan mengenai kreativitas manusia. Hal ini telah membuat saya meyakini bahwa manusia tidaklah terlahir untuk menderita sengsara akibat kelaparan dan kemiskinan.

Bagi saya orang miskin itu seperti pohon bonsai. Manakala Anda menanam bibit terbaik dari pohon tertinggi dalam pot kembang, Anda pun mendapat replika dan pohon tertinggi itu, namun tingginya hanya sekian inci. Tak ada yang salah dengan bibit yang Anda tanam, hanya lahannya saja yang sama sekali tidak memadai. Orang miskin itu orang bonsai. Tak ada yang salah dengan bibitnya. Sederhana saja, masyarakat tak pernah memberi mereka lahan untuk bertumbuh kembang. Yang diperlukan untuk membuat masyarakat miskin keluar dari kemiskinan adalah menciptakan lingkungan yang memberdayakan mereka. Begitu kaum miskin bisa melejitkan energi dan kreativitas mereka, kemiskinan akan lenyap dengan cepat.

Mari kita bergandeng tangan untuk memberi setiap makhluk manusia kesempatan yang adil untuk melejitkan energi dan kreativitas mereka.

Bapak dan ibu sekalian, Akan saya sudahi dengan menyatakan penghormatan saya yang mendalam kepada Komite Nobel Norwegia karena mengakui bahwa masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan miskin, mempunyai potensi sekaligus hak untuk menjalani hidup dengan layak, dan bahwa pembiayaan mikro bisa turut melejitkan potensi itu.

Saya percaya bahwa penghargaan yang Anda berikan pada kami ini akan mengilhami lebih banyak lagi inisiatif berani di seluruh dunia untuk membuat gebrakan bersejarah dalam mengakhiri kemiskinan global. Terima kasih

(Dari berbagai Sumber)