Friday, April 15, 2011

ODONG = OMONG DOANG

Kita mungkin sering sekali mengeluarkan perkataan maupun pendapat dan mengkritik orang lain, tetapi kita lupa sendiri akan kesadaran diri. Maksudnya kesadaran diri di sini, kita dengan bangga mengatakan orang begini dan begitu, namun di sisi lain kita belum mengenal siapa diri kita. Atau adakah dari kita yang melihat dan berefleksi ke dalam diri dulu, berbuat dulu baru kita bisa memberi respon pada orang lain?

Ego dalam diri kita masih lemah untuk menyadari dan mengenal diri kita sendiri. Banyak dari kita masih membiarkan id yang berperan kuat. Id merupakan dorongan-dorongan kenikmatan dalam diri. Dorongan-dorongan ingin merasa nyaman dan senang. Hal ini dapat dilihat dari keinginan-keinginan kita untuk mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari orang lain. Namun, ini tidak diselaraskan dengan tindakan. Kita lebih sering nyaman ketika kita berkata kepada orang lain seolah kita yang maha tau. Maha tau tanpa sebenarnya benar-benar tahu. Atau sedikit memiliki pengetahuan maupun mimpi, tidak salah memang, tapi kemudian kata-kata yang dilontarkan atau mimpi dan harapan yang diucapkan hanya sebatas perkataan tanpa ada tahap-tahap tindakan nyata.

Kenyataan ini kemudian membuat saya berpikir bahwa beberapa dari kita dapat banyak memiliki pemikiran-pemikiran yang baik, namun demikian banyak juga yang memiliki sifat malas. Itulah mungkin kemudian muncul pendapat “hanya sebatas wacana”. Ini tentu saja dapat mengganggu kinerja kita terlebih ketika kita bekerja sama dengan orang lain. Terkadang rekan kita berharap pada kita karena dianggap mampu dengan kata-kata yang dilontarkan, kemudian menjadi kurang simpatik melihat ternyata apa yang sudah diharapkan dan dipercayakan pada kita tidak ditanggapi dengan serius. Padahal itu keluar dari mulut kita lho…

“Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati”, kemudian saya berfikir bahwa perkataan, pengetahuan tanpa tindakan atau langkah konkrit sama dengan nol. Lebih dalam lagi saya ingin mengajak kita semua untuk lebih mengenal diri kita, bahwa pengetahuan harus kita gali sedalam-dalamnya, dibagikan kepada orang lain dalam bentuk informasi. Namun, akan jauh lebih berharganya jika kita mencoba dan mengetes terlebih dahulu kepada diri kita, apakah kita dapat membuktikan yang kita katakan, apakah kita telah melakukannya, tidak terkecuali sekecil apapun tugas itu. Tetapi kita dapat bertanggung jawab terhadap setiap hal yang kita lontarkan. Mari untuk kemudian melihat gajah di pelupukmata sendiri dulu, sebelum melihat semut di ujung rambut orang lain di seberang sana… Selamat belajar refleksi.


Lusiana Bintang Siregar

Ketua Presidium PMKRI Cabang Yogyakarta